Sudah sepekan ini Albina Arahman bersama
sejumlah rekannya mengendap-endap keluar masuk lubang. Mereka menggvali
dan menelusuri lubang-lubang bawah tanah di pusat Kota Sabang, Pulau
Weh, yang diduga mengarah ke instansi militer. Inilah upaya menyingkap
lorong-lorong rahasia peninggalan militer Jepang.
Jun 5, 2013
TEMPAT BERSJARA DI ACEH JAYA
Aceh Jaya merupakan kabupaten baru
sebagai hasil pemekaran dari kabupaten Aceh Barat. Sebelah utara
kabupaten ini berbatasan dengan kabupaten Aceh Besar, sebelah barat
dibatasi oleh Samudera Hindia, kemudian sebelah selatan berbatasan
dengan kabupaten Aceh Barat dan sebelah timur dengan kabupaten Pidie.
Aceh Jaya beribukota di Calang, yakni suatu wilayah yang terletak di Krueng Sabee.
Kabupaten Aceh Jaya, khususnya kecamatan
Jaya terkenal dengan profil penduduknya yang khas.
TEMPAT BESEJARA DI ACEH TENGAH
Sekitar tahun 1904 kedatangan kolonial
Belanda, hal ini tidak terlepas dari potensi perkebunan tanoh Gayo yang
sangat cocok untuk budidaya kopi Arabika, tembakau dan damar.
Pada masa itu wilayah Aceh Tengah dijadikan Onder Afdeeling Nordkus Atjeh,
Sigli sebagai ibukotanya. Pada saat itu kota Takengon di dirikan
sebuah perusahaan pengolahan kopi dan damar. Baru kemudian kota Takengon
mulai berkembang menjadi sebuah pusat pemasaran hasil bumi dataran
tinggi Gayo, khususnya sayuran dan kopi.
TEMPAT BESEJARA DI ACEH SELATAN
Aceh Selatan adalah salah satu
kabupaten di Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia. Sebelum berdiri
sendiri sebagai kabupaten otonom, Aceh Selatan adalah bagian dari
Kabupaten Aceh Barat. Pemisahan Aceh Selatan dari Aceh Barat ditandai
dengan disahkannya Undang-Undang Darurat No. 7 Tahun 1956 pada 4
November 1956.
Kabupaten
Aceh Selatan pada tanggal 10 April 2002 resmi dimekarkan sesuai dengan
UU RI Nomor 4 tahun 2002 menjadi tiga Kabupaten, yaitu Kabupaten Aceh
Barat Daya, Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten Aceh Selatan.
TEMPAT BERSEJARA DI ACEH BARAT
Wilayah bagian barat
Kerajaan Aceh Darussalam mulai dibuka dan dibangun
pada abad ke XVI Masehi atas prakarsa Sultan Saidil Mukamil (Sultan Aceh yang hidup antara tahun 1588 – 1604 M), kemudian dilanjutkan oleh Sultan Iskandar Muda
(Sultan Aceh yang hidup tahun (1607-1636 M) dengan
mendatangkan orang-orang Aceh Rayeuk dan Pidie.
TEMPAT BERSEJARA DI ACEH BESAR
Sebelum dikeluarkan Undang-undang
Darurat Nomor 7 Tahun 1956, Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Besar
merupakan daerah yang terdiri dari tiga kewedanaan yaitu:
1. Kewedanaan Seulimum
2. Kewedanaan Lhoknga
3. Kewedanaan Sabang
2. Kewedanaan Lhoknga
3. Kewedanaan Sabang
TEMPAT BERSEJARA DI BANDA ACEH
Berdasarkan
naskah tua dan catatan-catatan sejarah, Kerajaan Aceh Darussalam
dibangun diatas puing-puing kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha seperti
Kerajaan Indra Purba, Kerajaan Indra Purwa, Kerajaan Indra Patra dan
Kerajaan Indra Pura Dari penemuan batu-batu nisan di Kampung Pande
salah satu dari batu nisan tersebut terdapat batu nisan Sultan
Firman Syah cucu dari Sultan Johan Syah, maka terungkaplah keterangan
bahwa Banda Aceh adalah ibukota Kerajaan Aceh Darussalam yang dibangun
pada hari Jum’at, tanggal 1 Ramadhan 601 H ( 22 April 1205 M) yang
dibangun oleh Sultan Johan Syah setelah berhasil menaklukkan Kerajaan
Hindu/Budha Indra Purba dengan ibukotanya Bandar Lamuri.