Lelaki pelaku kejahatan ini telah melumuri dirinya dengan darah jiwa
yang diharamkan oleh Allah membunuhnya serta mencabut nyawa mereka. Sesudah dirinya berlumuran dengan kejahatan dan dosa besar ini, dia menyadari kesalahannya. Maka keluarlah ia dengan pakaian yang berlumuran darah, sedang
pedangnya masih meneteskan darah segar dan jari jemarinya belepotan
darah juga. Ia datang bagaikan seorang yang mabuk, gelisah, ketakutan seraya bertanya-tanya kepada semua orang, "Apakah aku masih bisa diampuni?"
Orang-orang berkata,"Kami akan menunjukkanmu kepada seorang rahib yang tinggal di kuilnya,
maka sebaiknya kamu pergi ke sana dan tanyakanlah kepadanya apakah
dirimu masih bisa diampuni." Dia menyadari bahwa tiada yang dapat memberi fatwa dalam masalah ini, kecuali hanya orang-orang yang ahli dalam hukum Allah. Ia pun pergi ke sana, ke tempat rahib itu, seorang ahli ibadah dari kalangan kaum Bani Israil.
Pertemuan Dengan Rahib.
Dia pergi melangkah dengan langkah yang cepat dengan penuh penyesalan karena dosa-dosa yang telah dilakukannya. Lalu ia mengetuk pintu kuil si rahib tersebut. kemudian lelaki pembunuh itu masuk dan ternyata pakaiannya masih berlumuran darah segar, membuat si rahib kaget bukan kepalang.
Si rahib berkata,."Aku berlindung kepada Allah dari kejahatanmu."
Si pembunuh bertanya, "Wahai rahib ahli ibadah, aku telah membunuh 99 orang, maka masih adakah jalan bagiku untuk bertobat?"
Si rahib spontan menjawab, "Tiada taubat bagimu."
Si rahib spontan menjawab, "Tiada taubat bagimu."
Akhirnya si pembunuh ini putus asa memandang kehidupan ini.
Di matanya, dunia ini terasa gelap, kehendak dan tekadnya melemah, dan keindahan yang terlihat di matanya menjadi buruk. Si pembunuh ini akhirnya mengangkat pedangnya dan membunuh rahib itu sebagai balasan yang setimpal untuknya guna menggenapkan 100 orang manusia yang telah dibunuhnya.
Di matanya, dunia ini terasa gelap, kehendak dan tekadnya melemah, dan keindahan yang terlihat di matanya menjadi buruk. Si pembunuh ini akhirnya mengangkat pedangnya dan membunuh rahib itu sebagai balasan yang setimpal untuknya guna menggenapkan 100 orang manusia yang telah dibunuhnya.
Selanjutnya ia keluar menemui
orang-orang guna menanyakan lagi kepada mereka, bukan karena alasan apa,
melainkan karena jiwanya sangat menginginkan untuk taubat dan kembali
ke jalan Tuhannya serta menghadap kepada-Nya.
Ia bertanya kepada mereka,"Masih adakah jalan untuk bertaubat bagiku?"
Mereka menjawab, "Kami akan menunjukkanmu kepada Fulan bin Fulan, seorang ulama, bukan seorang rahib, yang ahli tentang hukum Tuhan."
Mereka menjawab, "Kami akan menunjukkanmu kepada Fulan bin Fulan, seorang ulama, bukan seorang rahib, yang ahli tentang hukum Tuhan."
Pertemuan Dengan Orang Alim.
Setelah pembunuh itu ditunjukkan ke tempat seorang alim, akhirnya si pembunuh itu pergi menemui orang alim itu yang pada saat itu berada di majelisnya sedang mengajari generasi dan mendidik umat.
Orang alim itu pun tersenyum menyambut kedatangannya. Begitu melihatnya, ia langsung menyambutnya dengan hangat dan mendudukkan di sebelahnya setelah memeluk dan menghormatinya.
Ia bertanya, "Apakah keperluanmu datang kemari?"
si pembunu menjawab, "Aku telah membunuh 100 orang yang terpelihara darahnya, maka masih adakah jalan taubat bagiku?"
si pembunu menjawab, "Aku telah membunuh 100 orang yang terpelihara darahnya, maka masih adakah jalan taubat bagiku?"
Orang alim itu balik bertanya, "Lalu siapakah yang menghalang-halangi antara kamu dengan taubat dan siapakah yang mencegahmu dari melakukan taubat?
Pintu Allah terbuka lebar bagimu, maka bergembiralah dengan ampunan, bergembiralah dengan perkenan dari-Nya, dan bergembiralah dengan taubat yang mulus."
Pintu Allah terbuka lebar bagimu, maka bergembiralah dengan ampunan, bergembiralah dengan perkenan dari-Nya, dan bergembiralah dengan taubat yang mulus."
Si pembunuh berkata, "Aku mau bertaubat dan memohon ampun kepada Allah."
Orang alim berkata, "Aku memohon kepada Allah semoga Dia menerima taubatmu."
Orang alim berkata, "Aku memohon kepada Allah semoga Dia menerima taubatmu."
Selanjutnya orang alim itu berkata kepadanya, Sesungguhnya engkau tinggal di kampung yang jahat, karena sebagian
kampung dan sebagian kota itu adakalanya memberikan pengaruh untuk
berbuat kedurhakaan dan kejahatan bagi para penghuninya. Barang
siapa yang lemah imannya di tempat seperti itu, maka ia akan mudah
berbuat durhaka dan akan terasa ringanlah baginya semua dosa, serta
menggampangkannya untuk melakukan tindakan menentang Tuhannya, sehingga
akhirnya ia terjerumus ke dalam kegelapan lembah dan jurang kesesatan. Akan tetapi, apabila suatu masyarakat yang di dalamnya ditegakkan amar
ma'ruf dan nahi mungkar, maka akan tertutuplah semua pintu kejahatan
bagi para hamba. Oleh karena itu, keluarlah kamu dari kampung yang jahat itu menuju ke kampung yang baik.Gantikanlah tempat tinggalmu yang lalu dengan kampung yang baik dan
bergaullah kamu dengan para pemuda yang shalih yang akan menolong dan
membantumu untuk bertaubat.
Singkat cerita, akhirnya sang
pembunuh meninggalkan kampung itu dan pergi ke tempat yang ditunjuk oleh
orang alim terakhir sambil menangis dan menangis menyesali semua
perbuatnnya. Dari satu kampung ke kampung lain telah dilewatinya dan
semakin dekat denga tempat yang dituju. Belum sampai pada tempat yang
dituju, sang pembunuh ini meninggal di tengah perjalanan.
Apakah taubatnya diterima Allah SWT?
Saat itu turunlah 2 orang malaikat yang memperebutkan sang pembunuh, yang seorang berkeyakinan untuk menceburkannya ke dalam neraka dan seorang lagi berkeyakinan untuk memasukkannya ke dalam surga. Karena perebutan terjadi, maka mengadulah kedua malikat itu kepada Allah SWT.
Allah SWT memberikan perintah untuk mengukur jarak antara kampung maksiat dengan tempat yang dituju. Setelah diukur, ternyata sang pembunuh sudah mendekati jarak dengan kampung orang alim (tempat yang ditujunya). Maka surgalah tempat orang itu berada.
Subhanallah...
Sungguh besar sekali pengampunan Allah SWT kepada hambanya. Tak terkirakan dosa yang dilakukan manusia, Allah SWT tetap memberikan ampunan selama orang tersebut mau bertobat dengan taubatan nasuha.
Begituah sahabat Nasreuhe online , kisah Seorang Pembunuh yang telah membunuh sebanyak 100 orang.
Semoga bermanfaat... silakan shere........
0 #type=(blogger):
Posting Komentar