23 Apr 2015

MENJAGA DIRI DARI JAHILIYAH MODERN


Keimanan dan keamanan adalah dua hal yang saling mendukung. Keamanan secara fisik sebagaimana yang diberikan Allah swt kepada bangsa ini, harus kita syukuri bersama. Bentuk syukur itu tertuang dalam usaha kita menjanga keamanan dan selalu mengisih dangan berbagai  hal positif yang mampu memdorong nilai-nilai keimanan kita. Oleh karna itu janganlah kita sia-siakan kondisi yang aman dan damai ini. Marilah kita isi dengan segala kegiatan dan pekerjaan yang bersifat ubudiyah, yaitu pekerjaan kita sertai dangan niat lillahi ta’ala. Meskipun kegiatan itu terlihat sangat duniawi berangkat ke kantor, berdagang dipasar hingga kerja bakti mingguan. Semua itu bernilai ibadah dan dikerjakan dangan  pahala Allah swt jika diniatkan sebagai ibadah. Apalagi pekerjaan-pekarjaan yang secara lahir menjadi sunnah Rasulullah saw secara otomatis pasti manjadi ibadah.
Diantara karakter pekerjaan bernialai ubudiyah adalah:
1)        Tidak melanggar norma agama,
2)        Membawa keselamatan bersama, dan
3)        Tidak merugikan peribadi atau kelompok tertentu.
Inilah makna lain dari ahlussunnah wal jama’ah yaitu yang beramal sesuai dengan sunnah dan juga mempertimbangkan kepentingan bersama. Tidak mementingkan diri sendiri kelompok ataupun golongan.
Demikianlah huibungan keimanan dan keimanan. Bayangkan bagaimanakah nasip saudara yang ada disuriah dan irak dapat ka mereka beribadah deangan tenang ? Sholat Jum’at danagan nyaman ? Apabilah diluar sana saudara-saudara yang mengaku se-agama mengancam keamanan mereka, hanya demi kepentingan satu kelompok saja! Sungguh diluar Ahlussunnah wal jama’ah adalah kelompok-kelompok yang tidak patut dihormati, sebagaimana merekayang mengaku ahlussunnah wal jama’ah tetepi tidak memperdulikan nilai-nilai kebersamaan. Na’uzdubillahi min zdalik.
Demikianlah kondisi Arab Jahiliayah sebelum kedatangan islam. Mereka hidup dengan membangga-banggakan suku dan kelompoknya masing-masing. Mereka kaum Jahiliyah memiliki Fanatisme yang tinggi, siapa pun diluar suku merka harus ditaklukan. Tidak peduli siapa yang benar dan siapa yang salah. Didalam hal keimanan masyarakat Jahiliayah lebih suka bersekutu dangan kemusyrikan meskipun telah datang kepada mereka wahyu ketauhidan yang dibawah oleh Nabi sebelum Rasulullah saw. Mengenai hal ini Imam Syafi’i dalam muqaddimah kitab Ar-Risalah mengklasifikasikan kelompok Jahiliyah menjadi dua golongan.
Pertama, mereka yang mengaku punyak kitab (Ahlul Kitab) namun mereka telah mengubah sebagian besar hukum-hukum didalamnya, mengingkari nikmat dan petunjuk Allah swt didalamnya, serta mencampurkan kebenaran yang Allah swt turunkan dengan kepalsuan yang mereka ada-adakan. Demikian sebagaimana Allah siggung dalam Ali Imran ayat 78:
 
Sesunggunya diantara mereka ada golongan yang memutar-mutar lidanya membaca Al-Kitab padahal ia bukan dari Al-Kitab dan mereka mengatakan: “ Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah”, padahal ia buakab dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah sedang mereka mengetahui.
Dan yang lebih para dari itu, mereka suka menilai salah kepada kelompok lainnya, bahkan mereka menganggap yang lain kafir dan merasa dirinya yang paling beriman. Padahal hati kecil mereka tahu akan kebenaran yang sejati. Tetepi hati mereka terlanjur keras membeku dan malu untuk mengakui kebenaran kelompok lainnya surat An-nisa menggambarkannya demikian:
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al-Kitab? Mereka percaya kepada berhala dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir lainnya bahwa mereka lebih benar jalannya dari pada orang-orang yang beriman.
Adapun golongan yang kedua adalah oranga-orang yang mengingkari Allah dan membuat sesuatu yang tidak diinginkan-Nya. Dengan tangannya sendiri dibuatnya batu dan kayu menjadi patung. Dan diberinya nama-nama yang indah dan diangkatlah patung-patung itu sebagai tuhan yang disemba. Bila dimana hati mereka meresa bosan, patung tuhan itu lalu dihancurkan dan dibuatlah patung yang baru dengan nama yang baru pula.  Demikianlah teradisi yang telah mengakar dalam kehidupan jahiliyah sebagaimana diwariskan oleh para pendahulu mereka, kata mereka:
Dan demikianlah, kami tidak mengutus sebelum kamu seorang memberi peringatanpun dalam satu negeri melain kan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: “ Sesunggunya kami Mendapati bapak-bapak kami mernganut sesuatu agama dan sesunggunya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka”.
Itulah dua kelompok jahiliyah pada masa sebelum islam datang. Satu kelompok dengan fanatisme tinggi disertai upaya memalsukan kebenaran, sedangkan satu kelompok lain tenggelam dalam kemusyrikan dan penuhan benda-benda. Benih-benih ini tidaklah lenyap keseluruhan, malahan kini terlihat mulai bermunculan kembali dengan bentuk lain. Jahiliyah yang muncul di zaman modern ini memiliki karakter yang hampir sama. Fanatisme tinggi yang membuta tampadisertai dengan ilmu. Menyalakan dan menganggap diri paling benar, dan tidak segan-segan melakukan kekerasan demi kepentingan peribadi dan kelompok.
Minimnya pengetahuan ini menyebabkan mereka selalu gagal mencapai hikma dari sari pati ayat-ayat Al-Qur’an hanya dengan bekal bacaan buku-buku terjemahan mereka mengganggap diri mereka paling benar. Kitab-kitab hadis yang begitu menumpuk difahami melelui bahasa indonesia. Mereka lupa bahwa hadis rasulullah saw pada mulutnya bahasa arab. Dan yang mereka baca dan fahami merupakan hasil pikiran para penterjema yang berlomba menerbitkan buku demi pasaar dan uang. Dan yang lebi mengerikan sebagian dari mereka inifaham atas kesalahannya tetepi malu untuk merubah haluannya. Na’uzdu billah min zdalik.
Inilah bentuk pemalsuan kitab di zaman modern tidak kata dan kalimatnya yang diubah tetepi pemahaman yang disederhanakan dan disesuaikan demi kepentingan.kepentingan penerbitan, perdagangan dan pasar.
Adapun bentuk klejahiliyahan yang kedua yang kini sangat terasa adalah mempertukarkan tehnologi dan matri. Bagaimana seseorang pada zaman sekarang ini tidak meresa nyaman dan aman kehidupannya tampa ada tehnologi. Bagaimana kegusaran seorang pemuda yang getgetnya tertinggal dirumah sedangakan ia dalam perjalan. Seolah gedget itulah yang menyelamatkan perjalanannya. Tehnologi dan pengetahuan menjadi suatu gantuangan manusia modernyang posisinya hampir menggantikan tuhannya. Masyallah.
Jika demikian tuagas mereka yang mengaku penerus Rasulullah saw pada zaman sekarang adalah mengembalikan ketauhdan. Memerangi fanatisme buta dan kembali mentradisikan berfikir dan membaca keadaan sebagaimana diperintakan dalam wahyu pertama Iqra bismi rabbikal ladzi khalaq. Bacalah segalamacam pengetahuan dengan nama Allah swt yang maha pencipta.
Share:

0 #type=(blogger):

Total Pageviews

Popular Posts