24 Okt 2015

HAMZAH FANSURI DAN KONSEP WAHDAHTUL WUJUD DALAM LINTASAN SEJARAH ACEH

Hubungan manusia dengan sang Pencipta dapat dikatakan baik, apabila ia dapat menyelaraskan semua perbuatan dalam kehidupannya di dunia ini, lahir batin sesuai dengan kehendak Allah; baik secara personal dalam hubungannya dengan Allah (Hablu Minallah) maupun sebagai anggota masyarakat dalam hubungannya dengan manusia lain (Hablu Minannas). 
Apabila hubungan manusia dengan sang Pencipta tidak selaras, maka akan timbul kegelisahan-kegelisahan yang dialami oleh manusia sendiri dalam kehidupannya di dunia ini. Dalam kondisi seperti ini, manusia perlu berusaha menyelaraskan hubungannya dengan Allah agar ia dapat terhindar dari kegelisahan psikologis yang melanda dirinya. Penyelelarasan hubungan itu dapat dilakukan oleh manusia sendiri dengan kembali kepada agama melalui ajaran tasawuf, khususnya yang berkaitan dengan konsep rasa bersatunya manusia (maujud) dengan sang Pencipta (Wujud) atau dikenal dengan Wahdatul Wujud.

Konsep inilah yang bagi beberapa ahli dan para peneliti sepakat mengatakan bahwa Hamzah Fansuri adalah tokoh pertama yang membawa konsep wujudiyah (khususnya konsep Wujudiyah Ibnu Arabi)tersebut ke Nusantara. Sebagaimana telah banyak dibicarakan oleh para ilmuan, Ibnu Arabi (561 H/1165 M - 638 H/1240 M) adalah pembina ajaran wahdah al-wujûd (keesaan wujud) yang memandang alam semesta ini sebagai penampakan lahir (tajalli) dari nama-nama dan sifat-sifat Allah. Istilah yang lebih penting lagi dalam sistem ajaran ini adalah al-insân al-kâmil yang dianggap sebagai penampakan lahir yang paling sempurna dari nama-nama dan sifat-sifat Allah yang mendapat perwujudan dalam rupa nabi-nabi dan kutub (kepala dari seluruh wali Allah pada masa tertentu) yang datang sesudah mereka. 

Tabir Wahdatul Wujud itulah yang pernah menjadi bagian dari warna sejarah kejayaan Kerajaan Aceh Darussalam masa lalu, saat ini seakan mulai hilang dalam kajian ilmiah di Aceh dan dianggap sesuatu hal yang tabu dan berat untuk dibicarakan. Padahal, lembaran sejarah kebesaran dan keagungan peradaban dan keilmuan di Aceh tidak dapat dipisahkan dari Hamzah Fansuri dan konsep Wahdatul Wujudnya.
Share:

0 #type=(blogger):

Total Pageviews

Popular Posts