15 Jun 2014

MENGENAL KOTA BANDA ACEH IBU KOTA POVENSI ACAH

Sejarah Berdirinya Kerajaan Aceh Darussalam
Berdasarkan naskah tua dan catatan-catatan sejarah, Kerajaan Aceh Darussalam dibangun diatas puing-puing kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha seperti Kerajaan Indra Purba, Kerajaan Indra Purwa, Kerajaan Indra Patra dan Kerajaan Indra Pura Dari penemuan batu-batu nisan di Kampung Pande salah satu dari batu nisan tersebut terdapat batu nisan Sultan Firman Syah cucu dari Sultan Johan Syah, maka terungkaplah keterangan bahwa Banda Aceh adalah ibukota Kerajaan Aceh Darussalam yang dibangun pada hari Jum'at, tanggal 1 Ramadhan 601 H ( 22 April 1205 M) yang dibangun oleh Sultan Johan Syah setelah berhasil menaklukkan Kerajaan Hindu/Budha Indra Purba dengan ibukotanya Bandar Lamuri. 

Tentang Kota Lamuri ada yang mengatakan ia adalah Lam Urik sekarang terletak di Aceh Besar. Menurut Dr. N.A. Baloch dan Dr. Lance Castle yang dimaksud dengan Lamuri adalah Lamreh di Pelabuhan Malahayati (Krueng Raya sekarang). Sedangkan Istananya dibangun di tepi Kuala Naga (kemudian menjadi Krueng Aceh) di Kampung Pande sekarang ini dengan nama "Kandang Aceh". Dan pada masa pemerintahan cucunya Sultan Alaidin Mahmud Syah, dibangun istana baru di seberang Kuala Naga (Krueng Aceh) dengan nama Kuta Dalam Darud Dunia (dalam kawasan Meligoe Aceh atau Pendopo Gubernur sekarang) dan beliau juga mendirikan Mesjid Djami Baiturrahman pada tahun 691 H.
Banda Aceh Darussalam sebagai ibukota Kerajaan Aceh Darussalam dan sekarang ini merupakan ibukota Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam telah berusia 803 tahun (tahun 2008 M) merupakan salah satu Kota Islam Tertua di Asia Tenggara. Seiring dengan perkembangan zaman Kerajaan Aceh Darussalam dalam perjalanan sejarahnya telah mengalami zaman gemilang dan pernah pula mengalami masa-masa suram yang menggentirkan. Adapun Masa gemilang Kerajaan Aceh Darussalam yaitu pada masa pemerintahan "Sultan Alaidin Ali Mughayat Syah, Sultan Alaidin Abdul Qahhar (Al Qahhar), Sultan Alaidin Iskandar Muda Meukuta Alam dan Sultanah Tajul Alam Safiatuddin".
Sedangkan masa percobaan berat, pada masa Pemerintahan Ratu yaitu ketika golongan oposisi "Kaum Wujudiyah" menjadi kalap karena berusaha merebut kekuasaan menjadi gagal, maka mereka bertindak liar dengan membakar Kuta Dalam Darud Dunia, Mesjid DJami Baiturrahman dan bangunan-bangunan lainnya dalam wilayah kota. Kemudian Banda Aceh Darussalam menderita penghancuran pada waktu pecah "Perang Saudara" antara Sultan yang berkuasa dengan adik-adiknya, peristiwa ini dilukiskan oleh Teungku Dirukam dalam karya sastranya, Hikayat Pocut Muhammad.
Masa yang amat getir dalam sejarah Banda Aceh Darussalam pada saat terjadi Perang Dijalan Allah selama 70 tahun yang dilakukan oleh Sultan dan Rakyat Aceh sebagai jawaban atas "ultimatum" Kerajaan Belanda yang bertanggal 26 Maret 1837. Dan yang lebih luka lagi setelah Banda Aceh Darussalam menjadi puing dan diatas puing Kota Islam yang tertua di Nusantara ini Belanda mendirikan Kutaraja sebagai langkah awal Belanda dari usaha penghapusan dan penghancuran kegemilangan Kerajaaan Aceh Darussalam dan ibukotanya Banda Aceh Darussalam.
Sejak itu ibukota Banda Aceh Darussalam diganti namanya oleh Gubernur Van Swieten ketika penyerangan Agresi ke-2 Belanda pada Kerajaan Aceh Darussalam tanggal 24 Januari 1874 setelah berhasil menduduki Istana/Keraton yang telah menjadi puing-puing dengan sebuah proklamasinya yang berbunyi: Bahwa Kerajaan Belanda dan Banda Aceh dinamainya dengan Kutaraja, yang kemudian disahkan oleh Gubernur Jenderal di Batavia dengan beslit yang bertanggal 16 Maret 1874, semenjak saat itu resmilah Banda Aceh Darussalam dikebumikan dan diatas pusaranya ditegaskan Kutaraja sebagai lambang dari Kolonialisme. Pergantian nama ini banyak terjadi pertentangan di kalangan para tentara Kolonial Belanda yang pernah bertugas dan mereka beranggapan bahwa Van Swieten hanya mencari muka pada Kerajaan Belanda karena telah berhasil menaklukkan para pejuang Aceh dan mereka meragukannya.

Awal Penetapan Kota Banda Aceh
Setelah 89 tahun nama Banda Aceh Darussalam telah dikubur dan Kutaraja dihidupkan, maka pada tahun 1963 Banda Aceh dihidupkan kembali, hal ini berdasarkan Keputusan Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah bertanggal 9 Mei 1963 No. Des 52/1/43-43. Dan semenjak tanggal tersebut resmilah Banda Aceh menjadi nama ibukota Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam bukan lagi Kutaraja hingga saat ini.
Sejarah duka kota Banda Aceh yang masih segar dalam ingatan adalah terjadinya bencana gempa dan tsunami pada hari Minggu tanggal 26 Desember 2004 jam 7.58.53 telah menghancurkan sepertiga wilayah Kota Banda Aceh. Ratusan ribu jiwa penduduk menjadi korban bersama dengan harta bendanya menambah kegetiran warga Kota Banda Aceh. Bencana gempa dan tsunami ini dengan kekuatan 8,9 SR tercatat sebagai peristiwa terbesar sejarah dunia dalam masa dua abad terakhir ini.
Kini Kota Banda Aceh telah mulai pulih kembali, kedamaian telah menjelma setelah perjanjian damai di Helsinki antara pemerintah RI dan GAM seiring dengan proses rehabilitasi dan rekontruksi Kota Banda Aceh yang sedang dilaksanakan. Membangun kembali Kota Banda Aceh ke depan selain dilaksanakan oleh pemerintah pusat melalui Badan Pelaksana Rehabilitasi dan Rekontruksi Aceh dan Nias (BRR) serta bantuan dari badan-badan dunia dan berbagai Negara Donor bersama NGO, Pemerintah Kota Banda Aceh telah menetapkan kebijakan-kebijakan pembangunan yang disepakati bersama DPRD Kota Banda Aceh yang dituangkan dalam Rencana Strategis Kota Banda Aceh tahun 2005-2009, selanjutnya dituangkan dalam program kegiatan tahunan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Banda Aceh .Dengan kedamaian yang telah diraih ini dan melalui proses rehabilitasi dan reknstruksi, Banda Aceh mulai bangkit kembali, cahaya terang membawa harapan untuk meraih cita-cita bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.

Lambang Daerah
Lambang daerah Kota Banda Aceh ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota Praja Kuta Raja Nomor 3 Tahun 1962.
Makna yang terkandung didalam lambang tersebut terdiri atas tujuh unsur, yaitu:

1. Pancasila
* Lima warna yang terdapat didalam lambang daerah yaitu: kuning, hijau, hitam, merah dan putih.
* Puncak mesjid dengan latar belakang Gunongan yang semuanya berjumlah lima puncak.
* Lima buah sudut dibagian atas perisai.
2. Kebudayaan dan Keagamaan
* Kebudayaan dan keagamaan yang dilambangkan dengan Gunongan dan Kubah Mesjid.

3. Kemakmuran
* Kemakmuran yang dilambangkan dengan lada dan padi.
4. Kepahlawanan
* Kepahlawanan yang dilambangkan dengan rencong yang terhunus.
5. Pendidikan
* Pendidikan dan semangat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, yang dilambangkan dengan tugu Kota Pelajar/Mahasiswa Darussalam.
6. Pelindung
* Pelindung atau pembela rakyat yang dilambangkan dengan perisai.
7. Keagungan
* Keagungan yang dilambangkan dengan warna kuning.
Letak Geografis
Keberadaan wilayah geografis Kota Banda Aceh terletak antara 050 16' 15" - 050 36' 16" Lintang Utara dan 950 16' 15" - 950 22' 35" Bujur Timur dengan tinggi rata-rata 0,80 meter diatas permukaan laut. Luas wilayah administratif Kota Banda Aceh sebesar 61.359 Ha atau kisaran 61, 36 Km2 dengan batas-batas sebagai berikut
Utara
Selat malaka
Selatan
Kecamatan Darul Imarah Dan Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh besar
Timur
Kecamatan Barona jaya Dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar
Barat
Kecamaan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar

Kota Banda Aceh terdiri dari 9 Kecamatan, 17 Mukim, 70 Desa dan 20 Kelurahan. Berikut tabel luas wilayah dalam hitungan Km2 dan nilai persentasinya dari masing-masing Kecamatan
No.
Kecamatan
Luas Wilayah (Km2)
Persentase (%)
1.
Meuraxa
7.258
11,85
2.
Jaya Baru
3.780
6,16
3.
Banda Raya
4.789
7,80
4.
Baiturrahman
4.539
7,40
5.
Lueng Bata
5.341
8,70
6.
Kuta Alam
10.047
16,37
7.
Kuta Raja
5.211
8,49
8.
Syiah Kuala
14.244
23.21
9.
Ulee Kareng
6.150
10,02
Jumlah
61.359
100,00



Sumber : Banda Aceh Dalam Angka Tahun 2008 (BPS Kota Banda Aceh)
Demografi
Kepadatan penduduk di Kota Banda Aceh setelah musibah gempa dan tsunami menjadi berkurang bila dibandingkan kondisi kepadatan penduduk sebelum peristiwa tersebut. Bencana tsunami merenggut korban jiwa sekitar 50 ribu jiwa, banyak menelan korban jiwa terutama di daerah-daerah yang terkena dampak langsung tsunami.
Tahun 2007 jumlah penduduk Kota Banda Aceh sebesar 219.659 jiwa berdasarkan hasil proyeksi penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik
Tabel Jumlah Penduduk, Rata-Rata Kepadatan Penduduk Per Desa dan
Rata-Rata Kepadatan Penduduk Per Km2 Kota Banda Aceh Tahun 2007
( Diurutkan berdasarkan jumlah penduduk per kecamatan )

No.
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Rata-Rata Kepadatan Penduduk
Per Desa
Per Km2
1.
Meuraxa
3.719
232
0,51
2.
Jaya Baru
15.317
1.701
4,05
3.
Banda Raya
29.363
2.936
6,13
4.
Baiturrahman
4.989
1.098
9,03
5.
Lueng Bata
23.083
2.564
4,32
6.
Kuta Alam
43.746
3.976
4,35
7.
Kuta Raja
4.639
773
0,89
8.
Syiah Kuala
30.867
3.086
2,17
9.
Ulee Kareng
27.936
3.104
4,54
Jumlah
219.659
2.440
3,58

Pada tahun 2006 dan 2007 rasio jenis kelamin penduduk Kota Banda Aceh sudah diatas 100, hal ini berarti bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari pada jumlah penduduk perempuan.

Tabel Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Sex Rasio pada Tahun 2007
( Diurutkan berdasarkan rasio sex jumlah penduduk per kecamatan )
No.
Kecamatan
Jenis Kelamin
Sex Rasio
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1.
Meuraxa
1.966
1.753
3.719
112,2
2.
Jaya Baru
8.097
7.220
15.317
112,1
3.
Banda Raya
15.522
13.841
29.363
119,1
4.
Baiturrahman
21.668
19.321
40.989
112,1
5.
Lueng Bata
12.202
10.881
23.083
112,0
6.
Kuta Alam
23.088
20.621
43.746
111,9
7.
Kuta Raja
3.013
2.187
4.639
137,8
8.
Syiah Kuala
15.473
14.550
30.867
175,1
9.
Ulee Kareng
14.767
13.169
27.936
112,1
Jumlah
116.116
103.543
219.659
112,4

Sumber : Banda Aceh Dalam Angka Tahun 2008 (BPS Kota Banda Aceh)
Klimatologi

Klimatologi Kota Banda Aceh memiliki suhu udara rata-rata bulanan berkisar antara 25,50 C sampai 27,50 C dengan tekanan 1008 – 1012 milibar. Sedangkan untuk suhu terendah dan tertinggi bervariasi antara 18,00 C hingga 20,00 C dan 33,00 C hingga 37,00 C.
Kelembaban udara di Kota Banda Aceh sangat bervariasi tergantung pada keadaan iklim pada umumnya. Kelembaban udara dari data tahun 1998 berkisar antara 75% - 87%. Kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan Desember dan terendah pada bulan Juni. Kecepatan angin bertiup antara 2 – 28 knots. Sebagai gambaran dapat diamati grafik perkembangan kondisi klimatologis Kota Banda Aceh selama setahun yang meliputi curah hujan rata-rata bulanan; suhu udara rata-rata; maksimum dan minimum; tingkat kelembaban relatif rata-rata; maksimum dan minimum; serta kecepatan angin rata-rata; maksimum dan minimum. Grafik

Kota Banda Aceh dibelah oleh Krueng Aceh yang merupakan sungai terpanjang di kawasan Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar. Terdapat tujuh sungai yang melalui Kota Banda Aceh yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air (Catchment Area), sumber air baku, kegiatan perikanan, dan sebagainya. Wilayah Kota Banda Aceh memiliki air tanah yang bersifat asin, payau dan tawar. Daerah dengan air tanah asin terdapat pada bagian utara dan timur kota sampai ke tengah kota. Air payau berada di bagian tengah kota membujur dari timur ke barat. Sedangkan wilayah yang memiliki air tanah tawar berada di bagian selatan kota membentang dari kecamatan Baiturrahman sampai kecamatan Meuraxa. Tabel berikut, menjelaskan nama-nama sungai dan luas daerah resapannya. Klimatologi Kota Banda Aceh memiliki suhu udara rata-rata bulanan berkisar antara 25,50 C sampai 27,50 C dengan tekanan 1008 - 1012 milibar.
Litologi
Kondisi tanah yang umumnya terdapat di Kota Banda Aceh secara umum dan khususnya di daerah pesisir ini didominasi oleh jenis tanah Podzolik Merah Kuning (PMK) dan Regosol dengan tekstur tanah antara sedang sampai kasar.
Sebagai hasil erosi partikel-partikel tanah diendapkan melalui media air sungai atau aliran permukaan pada daerah rendah. Pada daerah pesisir terjadi endapan di tempat-tempat tertentu seperti Krueng Aceh dan anak-anak sungai lainnya, seperti pada belokan sungai bagian dalam. Hasil sedimentasi oleh aliran permukaan setempat dijumpai sebagai longgakan tanah pada bagian tertentu.
Geomorfologi
Daerah pesisir Kota Banda Aceh secara garis besar dibagi menjadi :
1.      Dataran terdapat di pesisir pantai utara dari Kecamatan Kuta Alam hingga sebagian Kecamatan Kuta Raja
2.      Pesisir pantai wilayah barat di sebagian Kecamatan Meuraxa
Sedangkan daerah yang termasuk pedataran sampai dengan elevasi ketinggian 0 hingga lebih dari 10 m, kemiringan lereng 0 - 2 % terletak antara muara-muara sungai dan perbukitan. Dari kondisi geologi Pulau Sumatera dilalui oleh patahan aktif Sesar Semangko yang memanjang dari Banda Aceh hingga Lampung. Patahan ini bergeser sekitar 11 cm/tahun dan merupakan daerah rawan gempa dan longsor.
Kota Banda Aceh diapit oleh dua patahan di Barat dan Timur kota, yaitu patahan Darul Imarah dan Darussalam, sehingga Banda Aceh adalah suatu daratan hasil ambalasan sejak Pilosen membentuk suatu Graben. Ini menunjukkan ruas-ruas patahan Semangko di Pulau Sumatera dan kedudukannya terhadap Kota Banda Aceh, dan kedua patahan yang merupakan sesar aktif tersebut diperkirakan bertemu pada pegunungan di sebelah Tenggara, sehingga dataran Banda Aceh merupakan batuan sedimen yang berpengaruh kuat apabila terjadi gempa di sekitarnya. Gambar berikut menjelaskan struktur patahan semangko yang melintasi wilayah Kota Banda Aceh.
Topografi
Kota Banda Aceh merupakan dataran rawan banjir dari luapan Sungai Krueng Aceh dan 70% wilayahnya berada pada ketinggian kurang dari 10 meter dari permukaan laut. Ke arah hulu dataran ini menyempit dan bergelombang dengan ketinggian hingga 50 m di atas permukaan laut. Dataran ini diapit oleh perbukitan terjal di sebelah Barat dan Timur dengan ketinggian lebih dari 500 m, sehingga mirip kerucut dengan mulut menghadap ke laut.
Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk pada tahun 2007 sebesar 219.659 jiwa berdasarkan hasil proyeksi penduduk yang dilakukan oleh BPS. Pada tahun 2006 dan 2007 rasio jenis kelamin penduduk kota Banda Aceh sudah diatas 100. Ini berarti bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari pada jumlah penduduk perempuan.
No.
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Rata-rata Kepadatan
Penduduk Per Desa
Rata-rata Kepadatan
Penduduk Per KM2
1
Meuraxa
3.719
232
0,51
2
Jaya Baru
15.317
1.701
4,05
3
Banda Raya
29.363
2.936
6,13
4
Baiturrahman
40.989
1.098
9,03
5
Lueng Bata
23.083
2.564
4,32
6
Kuta Alam
43.746
3.976
4,35
7
Kuta Raja
4.639
773
0,89
8
Syiah Kuala
30.867
3.086
2,17
9
Ulee Kareng
27.936
3.104
4,54
Jml
2007
2006
2005
2004
219.659
178.380
177.881
265.098
2.440
1.982
1.999
3.020
3,58
2,91
2,90
5,00



(Sumber: Banda Aceh Dalam Angka Tahun 2008)



Sumber Referensi :
http://www.bandaacehkota.go.id/1/8Sejarah.html#.U53SSygVeKI
Share:

0 #type=(blogger):

Total Pageviews

Popular Posts