Badzan adalah wakil Kisra Persiayang membawahi wilayah Yaman. Setelah Kisra Persia merobek-robek surat Nabi SAW, dan utusan beliau, sahabat Syuja bin Wahb al Asadi meninggalkan istana Kisra, Kisra memerintahkan Badzan untuk mengirimkan surat dengan dua utusan untuk menemui Nabi SAW. Isi surat itu antara lain memerintahkan beliau untuk menghadap Kisra Persia dengan segera. Dua orang itu adalah Abanauah, seorang menteri urusan khusus kerajaan Romawi, dan seorang lelaki dari al Furs yang dikenal dengan nama Jadd Jamirah.
31 Okt 2015
Abdullah bin Mas’ud Ra
Abdullah Bin Mas'ud Ra adalah seorang sahabat Muhajirin dari Bani Zahrah, termasuk dalam sahabat as sabiqunal awwalin, sahabat yang memeluk Islam pada masa awal didakwahkan. Perawakan tubuhnya pendek dan kurus, tidak seperti umumnya orang-orang Arab di masanya. Tetapi dalam hal ilmu-ilmu keislaman, khususnya dalam hal Al Qur’an, ia jauh melampaui para sahabat pada umumnya. Kisah keislamannya cukup unik, karena ia melihat dan mengalami secara langsung mu’jizat Rasulullah SAW.
Ali Bin Abi Thalib Ra
Tumbuh dalam Didikan Kenabian Nabi SAW
Ali bin Abi Thalib masih sepupu Nabi SAW, putra dari Abi Thalib bin Abdul Muthalib, paman yang mengasuh beliau sejak usia delapan tahun. Pamannya ini bersama Khadijah, istri beliau menjadi pembela utama beliau untuk mendakwahkan Islam selama tinggal di Makkah, walau Abi Thalib sendiri meninggal dalam kekafiran. Ali bin Abi Thalib lahir sepuluh tahun sebelum kenabian, tetapi telah diasuh Nabi SAW sejak usia 6 tahun.
Sa'id Bin Amir Ra
Sa'id bin Amir RA adalah seorang sahabat Muhajirin, yang memeluk Islam beberapa waktu sebelum terjadinya perang Khaibar. Sejak keislamannya, ia tidak pernah tertinggal dalam mengikuti peperangan bersama Rasulullah SAW. Ia bukan sosok yang menonjol walaupun memang memiliki keutamaan dan kesalehan, seperti halnya kebanyakan sahabat-sahabat Nabi SAW yang tidak terekspose keutamaannya. Bahkan banyak di antara mereka yang tidak dikenali secara umum, nama dan ketinggian akhlak serta sikap kepahlawanannya. Termasuk Sa’id bin Amir ini, apalagi ia hanyalah dari golongan miskin. Tetapi seperti yang pernah dikatakan Umar bin Khaththab, "Kalian tidak mengenalinya, tetapi Allah dan para malaikat mengenali mereka….."
Najasyi, Raja Habasyah
Najasyi, yang nama aslinya Ashamah bin Abjar, adalah raja Habasyah, sebuah negeri di Afrika yang mayoritas penduduknya beragama Nashrani. Ketika tekanan dan siksaan kaum kafir Quraisy terhadap orang-orang Islam makin meningkat, Nabi SAW memerintahkan sekelompok sahabat yang dipimpin oleh Ja'far bin Abi Thalib berhijrahke negeri tersebut. Nabi SAW bersabda kepada mereka, "Sesungguhnya di Habasyah terdapat seorang raja, siapa saja yang berada di sisinya tidak akan didzalimi. Maka pergilah kalian ke sana hingga Allah memberikan kelapangan dan jalan keluar dari kondisi yang sedang kalian hadapi sekarang ini."
Hudzaifah bin Yaman
Hudzaifah Bin Yaman Ra adalah seorang sahabat yang secara khusus dididik Nabi SAW untuk mengenal kemunafikan. Semua itu berawal karena kebiasaannya yang berbeda dalam mengajukan pertanyaan kepada Nabi SAW. Umumnya para sahabat bertanya tentang berbagai macam amal kebaikan dan pahala-pahala yang dijanjikan, dan mereka berlomba-lomba untuk melakukannya. Sementara Hudzaifah cenderung bertanya tentang berbagai macam amal keburukan/kejahatan dan bahaya-bahayanya, karena ia ingin menjauhinya sejauh-jauhnya.
30 Okt 2015
Kisah Pemudah yang Taubat di Zaman Rasulullah SAW
Suatu hari Umar ra datang menemui Rasulullah dengan menangis. Rasulullah pun bertanya kepadanya, Apa gerangan yang menyebabkan engkau menangis, wahai Umar?” Kata Umar, Sungguh hati saya mrasa tersentuh oleh ratapan sorang pemuda yg ada dipintu rumah tuan! Rasulullah pun mmerintahkan Umar untuk mmbawa pemuda itu. Ketika pemuda itu telah sampai dihadapan Rasulullah, beliaupun bertanya kepadanya,
Sa'id Bin Zaid Ra
Sa'id bin Zaid al Adawy RA merupakan kelompok sahabat yang memeluk Islam pada masa-masa awal, sehingga ia termasuk dalam kelompok as Sabiqunal Awwalun. Ia memeluk Islam bersama istrinya, Fathimah binti Khaththab, adik dari Umar bin Khaththab. Sejak masa remajanya di masa jahiliah, ia tidak pernah mengikuti perbuatan-perbuatan yang umumnya dilakukan oleh kaum Quraisy, seperti menyembah berhala, bermain judi, minum minuman keras, main wanita dan perbuatan nista lainnya.Sikap dan pandangan hidupnya ini ternyata diwarisi dari ayahnya, Zaid bin Amru bin Naufal.
Istri-Istri Rasulullah Saw
Secara umum, seorang lelaki muslim diperbolehkan atau diijinkan menikahi wanita muslimah lainnya hingga empat orang, tetapi bukan berarti disunnahkan. Al Qur’an sendiri menyarankan untuk menikahi hanya satu wanita saja jika tidak bisa berbuat adil, khususnya dalam hal yang bersifat lahiriah. Tetapi Rasulullah SAW diberi kekhususan, tidak hanya empat pernikahan. Bahkan tidak jarang Allah sendiri yang memerintahkan Nabi SAW untuk menikahi wanita tersebut, dan pada dasarnya Nabi SAW tidaklah menikahi seorang wanita kecuali diperintahkan atau diijinkan oleh Allah SWT.
Sawad Bin Ghaziyyah Ra
Sawad bin Ghaziyyah RA adalah salah seorang Ahlul Badar, dan termasuk dari sedikit sahabat yang menemui syahidnya di medan Perang Badar itu. Pada hari berlangsungnya pertempuran ketika sedang persiapan pasukan, Nabi SAW mengatur barisan dan meluruskannya, seperti ketika meluruskan shaf-shaf shalat. Saat tiba di tempat Sawad, beliau melihat kalau posisinya agar bergeser, tidak lurus dengan anggota pasukan lainnya. Beliau memukul perut Sawad dengan anak panah sambil bersabda, "Luruskan barisanmu, wahai Sawad…!!"
Itban Bin Malik Ra
Itban bin Malik RA adalah salah seorang sahabat Ahlul Badar, dan ia ditugaskan Nabi SAW untuk menjadi imam dalam shalat jamaah di masjid kaumnya, Bani Salim. Untuk sampai ke masjid/mushalla kaumnya itu, Itban harus melaluisuatu lembah. Jika turun hujan, ia mengalami kesulitan untuk melewati lembah tersebut, tetapi tetap saja ia melakukannya untuk sampai ke masjid dan melaksanakan tugas yang diberikan Rasulullah SAW kepadanya.
Asma Binti Abu Bakar Ra
Asma binti Abu Bakar, adalah putri Abu Bakar dari istrinya, Qutailah binti Abdul Uzza al Amiriyyah yang telah diceraikan semasa jahiliah. Ia lebih tua sepuluh tahun dari adiknya Aisyah RA, salah satu dari Ummahatul Mukminin. Ketika Abu Bakar dan Rasulullah SAW berangkat hijrah ke Madinah, mereka berdua bersembunyi di Gua Tsur selama tiga hari. Kaum Quraisy yang kehilangan jejak mereka berdua mendatangi rumah Abu Bakar, begitu pintu dibuka oleh Asma binti Abu Bakar, Abu Jahal berkata, "Dimana ayahmu??"
"Demi Allah, aku tidak tahu dimana ayahku berada…!!" Kata Asma.
Abdullah Bin Zubair Ra
Abdullah bin Zubair RA merupakan salah satu sosok sahabat yang istimewa, karena ia berhijrah ketika dalam kandungan ibunya. Ibunya pun seorang yang istimewa, Asma binti Abu Bakar, yang mempunyai peran besar ketika Nabi SAW dan Ayahnya dalam awal hijrah dicari-cari oleh orang kafir Quraisy untuk dibunuh. Ayahnya adalah seorang sahabat yang dijamin masuk surga ketika masih hidup, salah satu dari sepuluh sahabat, Zubair bin Awwam RA.
Qabishah Bin Mukhariq Ra
Qabishah bin Mukhariq, atau dikenal dengan nama kunyahnya Abu Bisyr, adalah seorang sahabat yang hidupnya dalam kekurangan, sementara anggota keluarganya cukup banyak. Suatu ketika ia merasakan beban yang ditanggungnya begitu berat sehingga ia tak mampu memenuhi kebutuhan keluarganya, yang sebenarnya tidak begitu banyak. Karena itu ia datang kepada Nabi SAW dan berkata, "Wahai Rasulullah, kami mohon bantuan untuk meringankan beban kehidupan kami…!!"
Karena saat itu Nabi SAW sedang tidak memiliki apapun untuk diberikan, beliau berkata, "Tunggulah sampai ada zakat datang kesini, nanti akan kami suruh si Amil untuk memberikan bagian kepadamu…!!"
Amir Bin Akwa Ra
Amir bin Amr bin al Akwa, adalah saudara dari Salamah bin Akwa, seorang remaja yang Rasulullah SAW menggelarinya sebagai Pasukan Pejalan Kaki Terbaik. Karena itu Amir pun lebih dikenali dengan nama Amir bin Akwa. Ketika terjun dalam perang Khaibar, dua bersaudara al Akwa dari bani Aslam ini bahu membahu memerangi kaum Yahudi. Amir bin Akwa menyenandungkan suatu syair untuk membangkitkan semangat, "Kalau tidak karena engkau(wahai Muhammad), tidaklah kami mendapat hidayah, tidak shalat dan berzakat, Kami dicukupkan dengan kelebihan engkau, maka turunkanlah atas kami ketenangan, Dan teguhkanlah kaki-kaki kami menghadapi musuh dalam peperangan ini…!!"