Telah kita ketahui bahwasanya zina
adalah perbuatan yang sangat dibenci oleh Allah SWT. Di mana perbuatan itu akan
membuat seseorang terlena melakukan hal yang tidak semestinya dilakukan sebelum
adanya ikatan yang halal. Namun, perkara ini sangat sulit dihindarkan, terutama
di era yang modern ini. Sebab, banyak sekali media yang menggoyahkan keimanan
seseorang untuk masuk ke dalam lubang kenistaan.
Padahal, salah satu larangan Allah
ini merupakan pintu keselamatan bagi diri kita sendiri, baik itu di dunia
maupun di akhirat. Jika kita mampu meninggalkan perbuatan keji itu, maka Allah
telah memberikan kebahagiaan yang tak terkira, jika dibandingkan dengan
kenikmatan sementara dari perbuatan zina. Inilah yang dirasakan oleh salah
seorang laki-laki pada masa Umar bin Khaththab.
Lalu, wanita itu pun berlalu, dan si
pemuda mengikutinya, sampai akhirnya ia berada di depan pintu rumah wanita itu.
Tiba-tiba ia merasakan getaran dalam hatinya (karena takut kepada Allah). Dan
ia teringat firman Allah SWT, ‘Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila
mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu
juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya,’ (QS. Al-A’raf: 201).
Kemudian si pemuda itu jatuh
pingsan. Si wanita memperhatikannya, ternyata pemudai itu tampak seperti orang
yang sudak mati. Dia beserta seorang pembantu perempuannya berusaha
menggotongnya (ke rumah pemuda itu) sampai ke depan pintu rumahnya.
Lalu, keluarlah ayah di pemuda, dan
ia melihat anaknya tergeletak di depan pintu dalam kondisi seperti itu. Lalu,
ia mengangkat dan memasukannya (ke dalam rumah). Kemudian si pemuda siuman,
lalu sang ayah bertanya, ‘Apa yang telah menimpamu, hai anakku?’ Pemuda itu
tidak memberitahu ayahnya. Namun, ayahnya terus menerus bertanya, hingga
akhirnya ia memberitahu ayahnya.
Saat ia kembali membacakan ayat
(yang terlintas dalam ingatannya), tiba-tiba ia menarik nafas panjang. Dan
bersamaan dengan itu keluarlah ruhnya (meninggal).
Ketika Umar bin Khaththab RA
mendengar cerita ini, ia berkata, ‘Mengapa kalian tidak memberitahuku tentang
kematiannya?’ Lalu, Umar pergi menuju kuburannya, sambil berdiri ia berkata,
‘Hai Fulan ‘dan orang yang takut saat menghadap Rabbnya, akan mendapat dua
surga,’ (QS. Ar-Rahman: 46).
Tiba-tiba Umar mendengar suara dari
dalam kubur itu, ‘Allah telah memberikan itu kepadaku, hai Umar,’ (Raudhah
al-Muhibbin, hal. 479-780).
Kisah ini juga diriwayatkan dengan
versi lain, yaitu bahwa ada seorang pemuda pada masa Umar bin Khaththab RA yang
selalu berada di masjid dan beribadah. Lalu, ada seorang wanita yang jatuh
cinta kepadanya, dan si pemuda ini pun menginginkan di wanita itu. Tetapi
akhirnya ia ingat dan sadar.
Tiba-tiba ia merasa sesak nafas
kemudian pingsan. Lalu datanglah pamannya, maka pamannya membawa tersebut ke
rumahnya. Manakala ia telah siuman, ia berkata, ‘Hai paman, pergilah kepada
Umar bin Khaththab, sampaikan salamku padanya, dan tanyakan kepadanya, apakah
balasan untuk orang yang takut saat menghadap Tuhannya?’
Maka, disampaikanlah pesan tersebut
kepada Umar. Lalu, Umar datang untuk menjenguknya, namun ia sudah meninggal.
Lalu, Umar berkata, ‘Kau akan mendapatkan dua surga’,” (Raudhah al-Muhibbin,
hal. 481-482).
0 #type=(blogger):
Posting Komentar