Sekilas Sejarah Yahudi
Pembahasan para pakar dan masyarakat dunia tentang Yahudi bukan
merupakan hal yang asing dan baru. Pasalnya, peradaban agama Yahudi
dengan Israel sebagai bangsanya sudah berakar sejak ribuan tahun yang
lalu. Bila dirunut kembali ke masa lalu sejarah, Yahudi berpangkal pada
masa Nabi Ibrahim as. Seperti diketahui oleh agama-agama samawi (Islam,
Yahudi, dan Kristen), Nabi Ibrahim memiliki 2 orang putra bernama Ishak
dan Ismail. Ishak lahir dari istri pertama yang bernama Sarah, dan
Ismail lahir dari istri kedua yang bernama Hajar. Setelah Ishak dan
Ismail berusia dewasa, maka keduanya pun diangkat Allah SWT menjadi nabi
melanjutkan tugas yang diemban oleh ayah mereka. Keturunan yang berasal
dari Nabi Ishak as tersebut kemudian disebut sebagai bangsa Israel,
sedangkan bangsa Arab dinisbatkan sebagai keturunan Nabi Ismail as.
Kemudian Nabi Ishak as mempunyai anak yaitu Yakub as yang juga diangkat menjadi nabi setelah dewasa. Berbeda dengan Ishak, ketika itu anak Ismail as tidak ada yang diangkat menjadi nabi. Namun setelah beberapa puluh keturunan barulah dari keturunan nabi Ismail as tersebut ada yang diangkat menjadi nabi sekaligus rasul dan juga merupakan nabi dan rasul terakhir, yaitu Nabi Muhammad SAW. Selang waktu dari nabi Ismail as hingga ke nabi Muhammad SAW tersebut, Allah SWT menurunkan banyak Nabi dan Rasul kepada bangsa Israel. Nabi dan Rasul tersebut yaitu Yakub, Yusuf, Ayub, Zulkifli, Syuaib, Yunus, Musa, Harun, Ilyas, Ilyasa, Daud, Sulaiman, Zakaria, Yahya, dan Isa. Satu hal yang perlu dicatat disini adalah Nabi Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak cucunya tidak beragama Yahudi. Perbedaan antara anak keturunan Ishak dan Ismail hanya berupa perbedaan bangsa bukan agama. Agama yang dianut oleh Ibrahim, Ishak, Ismail, Yakub, Musa hingga Isa dan Muhammad SAW adalah sama yaitu agama yang mengajarkan monoteisme dengan Allah sebagai Tuhan yang satu. Inti ajaran ini pun terdapat pada kitab yang diturunkan kepada Musa (Taurat), Isa (Injil), dan Muhammad SAW (Al-Qur’an). Perbedaan antara ketiga kitab suci tersebut hanya terletak pada penerapan syariat dan tatacara beribadah. Namun dalam perjalanannya terjadi perbedaan penyebutan terhadap ketiga agama tersebut. Pada dasarnya setiap orang yang meyakini ketunggalan Allah dan mengikuti nabi-nabinya disebut sebagai muslim. Dengan demikian Dari Ibrahim, Ishak, Ismail, Yakub, Isa, hingga Muhammad SAW dan semua pengikut setianya disebut sebagai muslim. Sedangkan penyebutan Yahudi untuk ajaran yang dibawa nabi Musa dengan Taurat sebagai kitabnya dan Nasrani untuk ajaran nabi Isa dengan Injil sebagai kitabnya lebih cenderung berasal dari penisbatan oleh manusia. Orang-orang yang menerima dan memakai Taurat yang tidak murni lagi menamakan diri mereka dan agama mereka dengan nama Yahudi. Begitu juga dengan orang-orang yang memakai Injil yang tidak murni lagi menamakan diri mereka sebagai Nasrani.
Kemudian Nabi Ishak as mempunyai anak yaitu Yakub as yang juga diangkat menjadi nabi setelah dewasa. Berbeda dengan Ishak, ketika itu anak Ismail as tidak ada yang diangkat menjadi nabi. Namun setelah beberapa puluh keturunan barulah dari keturunan nabi Ismail as tersebut ada yang diangkat menjadi nabi sekaligus rasul dan juga merupakan nabi dan rasul terakhir, yaitu Nabi Muhammad SAW. Selang waktu dari nabi Ismail as hingga ke nabi Muhammad SAW tersebut, Allah SWT menurunkan banyak Nabi dan Rasul kepada bangsa Israel. Nabi dan Rasul tersebut yaitu Yakub, Yusuf, Ayub, Zulkifli, Syuaib, Yunus, Musa, Harun, Ilyas, Ilyasa, Daud, Sulaiman, Zakaria, Yahya, dan Isa. Satu hal yang perlu dicatat disini adalah Nabi Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak cucunya tidak beragama Yahudi. Perbedaan antara anak keturunan Ishak dan Ismail hanya berupa perbedaan bangsa bukan agama. Agama yang dianut oleh Ibrahim, Ishak, Ismail, Yakub, Musa hingga Isa dan Muhammad SAW adalah sama yaitu agama yang mengajarkan monoteisme dengan Allah sebagai Tuhan yang satu. Inti ajaran ini pun terdapat pada kitab yang diturunkan kepada Musa (Taurat), Isa (Injil), dan Muhammad SAW (Al-Qur’an). Perbedaan antara ketiga kitab suci tersebut hanya terletak pada penerapan syariat dan tatacara beribadah. Namun dalam perjalanannya terjadi perbedaan penyebutan terhadap ketiga agama tersebut. Pada dasarnya setiap orang yang meyakini ketunggalan Allah dan mengikuti nabi-nabinya disebut sebagai muslim. Dengan demikian Dari Ibrahim, Ishak, Ismail, Yakub, Isa, hingga Muhammad SAW dan semua pengikut setianya disebut sebagai muslim. Sedangkan penyebutan Yahudi untuk ajaran yang dibawa nabi Musa dengan Taurat sebagai kitabnya dan Nasrani untuk ajaran nabi Isa dengan Injil sebagai kitabnya lebih cenderung berasal dari penisbatan oleh manusia. Orang-orang yang menerima dan memakai Taurat yang tidak murni lagi menamakan diri mereka dan agama mereka dengan nama Yahudi. Begitu juga dengan orang-orang yang memakai Injil yang tidak murni lagi menamakan diri mereka sebagai Nasrani.
Lalu darimana sebutan atau kata Yahudi
berasal ?. Banyak perbedaan pendapat mengenai darimana tepatnya kata
Yahudi berasal. Dalam bahasa Inggris kata Yahudi disebut dengan kata Jew.
Pandangan mengenai asal kata Jew dalam bahasa Inggris ini juga
berbeda-beda. Tetapi pandangan yang paling banyak adalah kata Jew
tersebut berasal dari bahasa Yunani Ioudaios, yang diturunkan ke dalam bahasa Latin menjadi iudeus, dan diturunkan ke dalam bahasa Perancis Kuno menjadi juieu yang kemudian berubah menjadi giu. Dalam bahasa Latin kata Judaean digunakan untuk menyebut orang-orang yang berasal dari daratan Judaea. Dalam bahasa Hebrew kata Jew
diucapkan menjadi ye-hoo-DEE. Setiap negara biasanya memiliki padanan
kata sendiri untuk kata Jew atau sebutan bagi orang-orang Yahudi. Di
Jerman digunakan kata “Jude”, Perancis menggunakan kata “juif”,
sedangkan Denmark menggunakan kata “jøde. Kata “Jude” dalam bahasa
Jerman diucapkan yoodeh. Kata Hebrew juga bisa digunakan untuk menyebut orang-orang Yahudi seperti Hebreo (Spanyol), Ebreo (Italia), dan Еврей(Yevrey) di Rusia. Dalam bahasa Indonesia kata Jew diterjemahkan menjadi Yahudi.
Peradaban bangsa Israel mengalami
kemajuan dan kemunduran yang silih berganti. Seperti yang dikatakan
sebelumnya bahwa bangsa Israel erat kaitannya dengan nabi Yakub dan
keturunannya. Lalu sejak kapan bangsa Israel memiliki suatu tempat
tinggal atau peradaban yang menetap. Pada zaman nabi Musa as, bangsa
Israel mengalami penindasan dan penderitaan yang tiada tara. Ketika itu
bangsa Israel diperlakukan sebagai bangsa budak dan hak-hak mereka
sangat dibatasi oleh raja Fir’aun (Penguasa daerah Mesir). Allah
menurunkan nabi Musa as untuk mengangkat derajat bangsa Israel melawan
kekejaman raja Fir’aun yang menyatakan dirinya sebagai Tuhan yang harus
disembah. Pada saat nabi Musa as berusia masih balita, raja Fir’aun
mendapat nasehat dari para tukang sihir dan peramalnya untuk membunuh
semua anak laki-laki bangsa Israel. Hal ini dilakukan karena para
peramal kerajaan meramalkan bahwa kerajaan Fir’aun akan diruntuhkan oleh
salah seorang keturunan dari bangsa Israel. Berdasarkan kisah yang
sudah maklum kebenarannya di masyarakat, nabi Musa diselamatkan oleh
Allah dari pembantaian tersebut dan kemudian diasuh dan diangkat menjadi
anak oleh istri Fir’aun. Sebenarnya Fir’aun pun ingin membunuh anak
yang ditemukan oleh istrinya tersebut ketika hanyut di sungai. Namun
karena kecintaannya kepada istrinya, Fir’aun pun mengizinkan istrinya
untuk mengangkat anak tersebut menjadi anaknya dan dibesarkan di dalam
lingkungan kerajaan. Setelah dewasa nabi Musa as keluar dari Istana dan
memimpin bangsa Israel untuk melawan kekejaman Fir’aun. Walhasil Fir’aun
pun dapat dikalahkan dan kerajaannya pun hancur. Kemudian nabi Musa as
bersama bangsa Israel berpindah dari Mesir menuju semenanjung Sinai dan
timur Kanaan (Palestina). Setelah nabi Musa as, bangsa Israel dipimpin
oleh seorang nabi yang bernama Daud. Setelah berhasil mengalahkan
kekejaman raja pada masanya, nabi Daud as kemudian mendirikan kerajaan
Israel di Kanaan (Palestina). Kehidupan bangsa Israel pada masa
pemerintahannya lebih baik dan terjamin dari masa sebelumnya. Setelah
nabi Daud as meninggal, kerajaan Israel diteruskan oleh putranya yaitu
nabi Sulaiman as. Pada masa pemerintahan nabi Sulaiman as, wilayah
kerajaan Israel diperluas dari sungai Nil di Selatan hingga ke sungai
Eufrat di Utara. Tidak hanya itu, nabi Sulaiman as juga diberikan
kekuasan oleh Allah SWT untuk memerintah makhluk selain manusia yaitu
bangsa Jin dan hewan. Nabi Daud as dan anaknya nabi Sulaiman as
memerintah bangsa Israel dengan syariat dari Allah SWT dan dengan
keyakinan yang masih lurus dan benar. Setelah wafatnya nabi Sulaiman as,
bangsa Israel mulai mengalami kemunduran. Bahkan kerajaan Israel yang
didirikan oleh nabi Daud as dan dikembangkan oleh Sulaiman as harus
terbagi dua yaitu di sebelah utara dengan ibukota Samarria dan di
selatan dengan ibukota Yerusalem. Tidak hanya itu, keyakinan yang semula
lurus pun semakin terkikis dan terpengaruh kembali dengan ajaran-ajaran
berhala yang menyekutukan Allah SWT. Terlebih lagi para rahib dan
pendeta bangsa Israel mengubah-ubah isi Taurat yang diturunkan. Dengan
demikian Taurat sudah terkena campur tangan manusia dan tidak menjadi
suci lagi. Kemudian untuk menyelamatkan keadaan ini dan memurnikan
kembali ajaran Taurat, Allah SWT menurunkan nabi-nabi kembali kepada
bangsa Israel. Namun karena keangkuhan dan sifat keras kepala, bangsa
Israel menolak nabi-nabi tersebut, bahkan nabi-nabi tersebut mengalami
penindasan seperti pengusiran dan pembunuhan. Bahkan nabi Isa as pun
mengalami pengejaran untuk disalib. Tetapi Allah menyelamatkan nabi Isa
dengan menyerupakan salah seorang dari bangsa Israel seperti nabi Isa.
Kemudian Allah mengangkat nabi Isa yang sesungguhnya ke langit. Sifat
buruk bangsa ini tidak hanya menolak kedatangan nabi-nabi, tetapi juga
melakukan penganiayaan, pengusiran, bahkan peperangan di kalangan mereka
sendiri. Suku dari bangsa Israel yang kuat menindas suku yang lemah.
Atas kesalahannya sendiri, bangsa Israel kemudian ditaklukan oleh
kerajaan Assyurriea dan Babilon. Sebagian besar bangsa Israel berpencar
ke berbagai belahan dunia akibat dari serangan kedua kerajaan tersebut.
Kemudian pada sekitar tahun 539 SM, ketika raja Persia Kyros berkuasa,
bangsa Israel diizinkan untuk kembali ke kampung halaman mereka. Namun,
banyak diantara mereka yang tidak kembali ke kampung halamannya dan
tetap tinggal di daerah perantauan masing-masing. Lalu pada tahun 63 SM,
kerajaan Romawi berhasil menaklukan wilayah Palestina, tempat dimana
kerajaan Israel pernah berjaya. Kehancuran de facto kerajaan Israel
menyebabkan kerajaan Israel terhapus dari percaturan kekuasaan dunia.
Mungkin hal ini yang menyebabkan penggunaan kata Israel semakin pudar
dan tergantikan dengan kata Yahudi. Maksudnya orang-orang diluar bangsa
Israel lebih mudah mengidentifikasi mereka berdasarkan keyakinan yang
mereka anut yaitu Yahudi. Memang sulit menentukan kapan kita harus
menggunakan kata Yahudi dan Israel. Yang jelas kedua kata tersebut
sangat berhubungan erat. Oleh karena itu, untuk pembahasan selanjutnya
penulis akan lebih sering menggunakan kata Yahudi untuk sebutan mereka
karena sesuai dengan tema dan judul buku ini. Namun terkadang penulis
juga akan menggunakan kata Israel bila berhubungan dengan sesuatu hal
yang cocok dengan kata Israel tersebut seperti untuk penyebutan negara
Yahudi yang sedang menjajah Palestina saat ini. Karena memang
orang-orang Yahudi telah jelas memproklamirkan negara mereka dengan nama
Israel. Walau mereka telah memproklamirkan sebuah negara Israel Raya di
wilayah Palestina, tetapi tidak sepenuhnya orang-orang Yahudi yang
tinggal di berbagai penjuru dunia pindah ke negara baru tersebut. Secara
populasi mereka merupakan bangsa yang minoritas di jagad raya ini.
0 #type=(blogger):
Posting Komentar