2 Mei 2015

SEJARAH YAHUDI

Sekilas Sejarah Yahudi

Pembahasan para pakar dan masyarakat dunia tentang Yahudi bukan merupakan hal yang asing dan baru. Pasalnya, peradaban agama Yahudi dengan Israel sebagai bangsanya sudah berakar sejak ribuan tahun yang lalu. Bila dirunut kembali ke masa lalu sejarah, Yahudi berpangkal pada masa Nabi Ibrahim as. Seperti diketahui oleh agama-agama samawi (Islam, Yahudi, dan Kristen), Nabi Ibrahim memiliki 2 orang putra bernama Ishak dan Ismail. Ishak lahir dari istri pertama yang bernama Sarah, dan Ismail lahir dari istri kedua yang bernama Hajar. Setelah Ishak dan Ismail berusia dewasa, maka keduanya pun diangkat Allah SWT menjadi nabi melanjutkan tugas yang diemban oleh ayah mereka. Keturunan yang berasal dari Nabi Ishak as tersebut kemudian disebut sebagai bangsa Israel, sedangkan bangsa Arab dinisbatkan sebagai keturunan Nabi Ismail as.
Kemudian Nabi Ishak as mempunyai anak yaitu Yakub as yang juga diangkat menjadi nabi setelah dewasa. Berbeda dengan Ishak, ketika itu anak Ismail as tidak ada yang diangkat menjadi nabi. Namun setelah beberapa puluh keturunan barulah dari keturunan nabi Ismail as tersebut ada yang diangkat menjadi nabi sekaligus rasul dan juga merupakan nabi dan rasul terakhir, yaitu Nabi Muhammad SAW. Selang waktu dari nabi Ismail as hingga ke nabi Muhammad SAW tersebut, Allah SWT menurunkan banyak Nabi dan Rasul kepada bangsa Israel. Nabi dan Rasul tersebut yaitu Yakub, Yusuf, Ayub, Zulkifli, Syuaib, Yunus, Musa, Harun, Ilyas, Ilyasa, Daud, Sulaiman, Zakaria, Yahya, dan Isa. Satu hal yang perlu dicatat disini adalah Nabi Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak cucunya tidak beragama Yahudi. Perbedaan antara anak keturunan Ishak dan Ismail hanya berupa perbedaan bangsa bukan agama. Agama yang dianut oleh Ibrahim, Ishak, Ismail, Yakub, Musa hingga Isa dan Muhammad SAW adalah sama yaitu agama yang mengajarkan monoteisme dengan Allah sebagai Tuhan yang satu. Inti ajaran ini pun terdapat pada kitab yang diturunkan kepada Musa (Taurat), Isa (Injil), dan Muhammad SAW (Al-Qur’an). Perbedaan antara ketiga kitab suci tersebut hanya terletak pada penerapan syariat dan tatacara beribadah. Namun dalam perjalanannya terjadi perbedaan penyebutan terhadap ketiga agama tersebut. Pada dasarnya setiap orang yang meyakini ketunggalan Allah dan mengikuti nabi-nabinya disebut sebagai muslim. Dengan demikian Dari Ibrahim, Ishak, Ismail, Yakub, Isa, hingga Muhammad SAW dan semua pengikut setianya disebut sebagai muslim. Sedangkan penyebutan Yahudi untuk ajaran yang dibawa nabi Musa dengan Taurat sebagai kitabnya dan Nasrani untuk ajaran nabi Isa dengan Injil sebagai kitabnya lebih cenderung berasal dari penisbatan oleh manusia. Orang-orang yang menerima dan memakai Taurat yang tidak murni lagi menamakan diri mereka dan agama mereka dengan nama Yahudi. Begitu juga dengan orang-orang yang memakai Injil yang tidak murni lagi menamakan diri mereka sebagai Nasrani.
Lalu darimana sebutan atau kata Yahudi berasal ?. Banyak perbedaan pendapat mengenai darimana tepatnya kata Yahudi berasal. Dalam bahasa Inggris kata Yahudi disebut dengan kata Jew. Pandangan mengenai asal kata Jew dalam bahasa Inggris ini juga berbeda-beda. Tetapi pandangan yang paling banyak adalah kata Jew tersebut berasal dari bahasa Yunani Ioudaios, yang diturunkan ke dalam bahasa Latin menjadi iudeus, dan diturunkan ke dalam bahasa Perancis Kuno menjadi juieu yang kemudian berubah menjadi giu. Dalam bahasa Latin kata Judaean digunakan untuk menyebut orang-orang yang berasal dari daratan Judaea. Dalam bahasa Hebrew kata Jew diucapkan menjadi ye-hoo-DEE. Setiap negara biasanya memiliki padanan kata sendiri untuk kata Jew atau sebutan bagi orang-orang Yahudi. Di Jerman digunakan kata “Jude”, Perancis menggunakan kata “juif”, sedangkan Denmark menggunakan kata “jøde. Kata “Jude” dalam bahasa Jerman diucapkan yoodeh. Kata Hebrew juga bisa digunakan untuk menyebut orang-orang Yahudi seperti Hebreo (Spanyol), Ebreo (Italia), dan Еврей(Yevrey) di Rusia. Dalam bahasa Indonesia kata Jew diterjemahkan menjadi Yahudi.

Peradaban bangsa Israel mengalami kemajuan dan kemunduran yang silih berganti. Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa bangsa Israel erat kaitannya dengan nabi Yakub dan keturunannya. Lalu sejak kapan bangsa Israel memiliki suatu tempat tinggal atau peradaban yang menetap. Pada zaman nabi Musa as, bangsa Israel mengalami penindasan dan penderitaan yang tiada tara. Ketika itu bangsa Israel diperlakukan sebagai bangsa budak dan hak-hak mereka sangat dibatasi oleh raja Fir’aun (Penguasa daerah Mesir). Allah menurunkan nabi Musa as untuk mengangkat derajat bangsa Israel melawan kekejaman raja Fir’aun yang menyatakan dirinya sebagai Tuhan yang harus disembah. Pada saat nabi Musa as berusia masih balita, raja Fir’aun mendapat nasehat dari para tukang sihir dan peramalnya untuk membunuh semua anak laki-laki bangsa Israel. Hal ini dilakukan karena para peramal kerajaan meramalkan bahwa kerajaan Fir’aun akan diruntuhkan oleh salah seorang keturunan dari bangsa Israel. Berdasarkan kisah yang sudah maklum kebenarannya di masyarakat, nabi Musa diselamatkan oleh Allah dari pembantaian tersebut dan kemudian diasuh dan diangkat menjadi anak oleh istri Fir’aun. Sebenarnya Fir’aun pun ingin membunuh anak yang ditemukan oleh istrinya tersebut ketika hanyut di sungai. Namun karena kecintaannya kepada istrinya, Fir’aun pun mengizinkan istrinya untuk mengangkat anak tersebut menjadi anaknya dan dibesarkan di dalam lingkungan kerajaan. Setelah dewasa nabi Musa as keluar dari Istana dan memimpin bangsa Israel untuk melawan kekejaman Fir’aun. Walhasil Fir’aun pun dapat dikalahkan dan kerajaannya pun hancur. Kemudian nabi Musa as bersama bangsa Israel berpindah dari Mesir menuju semenanjung Sinai dan timur Kanaan (Palestina). Setelah nabi Musa as, bangsa Israel dipimpin oleh seorang nabi yang bernama Daud. Setelah berhasil mengalahkan kekejaman raja pada masanya, nabi Daud as kemudian mendirikan kerajaan Israel di Kanaan (Palestina). Kehidupan bangsa Israel pada masa pemerintahannya lebih baik dan terjamin dari masa sebelumnya. Setelah nabi Daud as meninggal, kerajaan Israel diteruskan oleh putranya yaitu nabi Sulaiman as. Pada masa pemerintahan nabi Sulaiman as, wilayah kerajaan Israel diperluas dari sungai Nil di Selatan hingga ke sungai Eufrat di Utara. Tidak hanya itu, nabi Sulaiman as juga diberikan kekuasan oleh Allah SWT untuk memerintah makhluk selain manusia yaitu bangsa Jin dan hewan. Nabi Daud as dan anaknya nabi Sulaiman as memerintah bangsa Israel dengan syariat dari Allah SWT dan dengan keyakinan yang masih lurus dan benar. Setelah wafatnya nabi Sulaiman as, bangsa Israel mulai mengalami kemunduran. Bahkan kerajaan Israel yang didirikan oleh nabi Daud as dan dikembangkan oleh Sulaiman as harus terbagi dua yaitu di sebelah utara dengan ibukota Samarria dan di selatan dengan ibukota Yerusalem. Tidak hanya itu, keyakinan yang semula lurus pun semakin terkikis dan terpengaruh kembali dengan ajaran-ajaran berhala yang menyekutukan Allah SWT. Terlebih lagi para rahib dan pendeta bangsa Israel mengubah-ubah isi Taurat yang diturunkan. Dengan demikian Taurat sudah terkena campur tangan manusia dan tidak menjadi suci lagi. Kemudian untuk menyelamatkan keadaan ini dan memurnikan kembali ajaran Taurat, Allah SWT menurunkan nabi-nabi kembali kepada bangsa Israel. Namun karena keangkuhan dan sifat keras kepala, bangsa Israel menolak nabi-nabi tersebut, bahkan nabi-nabi tersebut mengalami penindasan seperti pengusiran dan pembunuhan. Bahkan nabi Isa as pun mengalami pengejaran untuk disalib. Tetapi Allah menyelamatkan nabi Isa dengan menyerupakan salah seorang dari bangsa Israel seperti nabi Isa. Kemudian Allah mengangkat nabi Isa yang sesungguhnya ke langit. Sifat buruk bangsa ini tidak hanya menolak kedatangan nabi-nabi, tetapi juga melakukan penganiayaan, pengusiran, bahkan peperangan di kalangan mereka sendiri. Suku dari bangsa Israel yang kuat menindas suku yang lemah. Atas kesalahannya sendiri, bangsa Israel kemudian ditaklukan oleh kerajaan Assyurriea dan Babilon. Sebagian besar bangsa Israel berpencar ke berbagai belahan dunia akibat dari serangan kedua kerajaan tersebut. Kemudian pada sekitar tahun 539 SM, ketika raja Persia Kyros berkuasa, bangsa Israel diizinkan untuk kembali ke kampung halaman mereka. Namun, banyak diantara mereka yang tidak kembali ke kampung halamannya dan tetap tinggal di daerah perantauan masing-masing. Lalu pada tahun 63 SM, kerajaan Romawi berhasil menaklukan wilayah Palestina, tempat dimana kerajaan Israel pernah berjaya. Kehancuran de facto kerajaan Israel menyebabkan kerajaan Israel terhapus dari percaturan kekuasaan dunia. Mungkin hal ini yang menyebabkan penggunaan kata Israel semakin pudar dan tergantikan dengan kata Yahudi. Maksudnya orang-orang diluar bangsa Israel lebih mudah mengidentifikasi mereka berdasarkan keyakinan yang mereka anut yaitu Yahudi. Memang sulit menentukan kapan kita harus menggunakan kata Yahudi dan Israel. Yang jelas kedua kata tersebut sangat berhubungan erat. Oleh karena itu, untuk pembahasan selanjutnya penulis akan lebih sering menggunakan kata Yahudi untuk sebutan mereka karena sesuai dengan tema dan judul buku ini. Namun terkadang penulis juga akan menggunakan kata Israel bila berhubungan dengan sesuatu hal yang cocok dengan kata Israel tersebut seperti untuk penyebutan negara Yahudi yang sedang menjajah Palestina saat ini. Karena memang orang-orang Yahudi telah jelas memproklamirkan negara mereka dengan nama Israel. Walau mereka telah memproklamirkan sebuah negara Israel Raya di wilayah Palestina, tetapi tidak sepenuhnya orang-orang Yahudi yang tinggal di berbagai penjuru dunia pindah ke negara baru tersebut. Secara populasi mereka merupakan bangsa yang minoritas di jagad raya ini.

Share:

0 #type=(blogger):

Total Pageviews

Popular Posts