14 Jun 2014

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM DI ACEH

Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa aceh sebelum diperangi belanda pada tahun 1873,adalah daerah kerajaan .Ada beberapa kerajaan yang terdapat di daerah aceh pada masa lalu yaitu kerajaan Islam peureulak dibagian timur, Kerajaan jeumpa di bagian Aceh Utara, Kerajaan Pidie dibagian aceh pidie dan kerajaan Daya dibagian Aceh barat. Diantara kerajaan itu yang terkenal adalah kerajaan Pase dan kerajaan aceh darussalam.

Pada Abad ke 17 kerajaan islam masih di catat sebagai salah satu negara yang kuat dan maju di antara 5 negara di dunia yaitu : Kerajaan Mughal India, Kerajaan Safawi di ishafan, Kerajaan Islam maroko di maroko, kerajaan turki usmani di Turki, dan kerajaan Islam Aceh Darussalam di Aceh. Sebuah negar itu akan kuta kalau kuat , Ekonomi. Politik, dan Militer nya. Hal ini semua di peroleh melalui Lembaga pendidikan , baik pendidikan Formal maupun Non Formal melalui pelatihan pelatihan.

Maka dapat kita pahami bahwa pendidikan yang berlaku masa kerajaan islam Adalah pendidikan berdasarkan Islam. Hal semacam ini bukan saja berlaku pada kerajaan pase dan kerajaan Aceh darussalam.

Anak anak didik oleh orang tua nya baik langsung ataupun diserahkan belajar di rumah seorang guru atau di tempat belajar seperti mesjid atau meunasah. pada masa itu belum ada sistem pendidikan sekolah seperti sekolah sekarang ini. Satu satu nya tempat belajar untuk umum adalah Dayah. sedangkan meunasah berfungsi sebagai tempat belajar anak anak di kampung dan orang - orang tua dalam bidang agama.

Bila di teliti sejarah perkembangan pendidikan di indonesia dan Aceh khusus nya maka kita akan berkesimpulan , bahwa dayah sudah cukup berjasa dalam mendidik anak bangsa. mungkin jika belanda tidak datang ke Aceh untuk memenuhi keinginan nya menjajah bangsa aceh termasuk menghancurkan sejumlah lembaga pendidikan dayah bersama kitab -kitab di perpustakaan nya, mungkin bangsa Aceh masih merupakan salah satu bangsa di antara bangsa yang maju di dunia ini. karena bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki lembaga pendidikan yang berkualitas dan tentu saja banyak tenaga ekspertnya atau para ilmuwan.

Pendidikan dunia pendidikan masa itu dapat kita lihat dari nama beberpa ulama besar dengan dayah nya yang telah meninggalkan nama harum untuk agama dan masyarakat serta karangan -karangan nya dalam bidang ilmu agama, akhlak, sejarah dan lainnnya. pendidikan dayah pada masa itu mulai di tingkat rendah , tingkat menengah samapi tingkat tinggi. kalau pelajaran rumah atau di meunasah pada umum nya adalah tingkat rendah. Tetapi bila Teungku atau Ulama nya di undang untu mengajar di rumah ada juga yang tingkat tinggi bahkan juag pada tingkat khusus dalam suatu cabang pengetahuan. Misalnya untuk mengajar putra putra Uleeibalang dan orang terkemuka.

Pendidikan di dayah kalau di tingkat rendah biasanya di ajarkan oleh seorang santri yang sudah tinggi ilmunya. Begitupula dibagian menengah diajarkan oelh seorang santri yang sudah lebih tinggi ilmu nya. Santri santri pengajar tadi dinamakan teungku Rangkang, sedangkan untuk teungku - teungku rangkang tadi diajarkan oleh teungku Chik (ulama besar ) yang biasa nya pemimpin dayah itu sendiri.
Dimasa kesultanan aceh , Lembaga pendidikan dayah mengalami kemajuan yang pesat. Ini dibuktikan dengan jumlah dayah di aceh terus berkembang, demikian juga dengan jumlah ulama yang mengajar, selain ulama tempatan yang semakin lama semakin tumbuh, Sulthan juga mengundang Ulama - Ulama dari luar negeri, Ulama-Ulama yang di undang tidak hanya mengajr tetapi juga untuk kebutuhan kerajaan sendiri sebagai konsultan bidang hukum agama. sebagian ulam daerah turut memperdalam ilmu nya di luar negeri terutama sekali ke Mekkah dan Madinah.
Bukti lain adalah terdapat sejumlah kitab-kitab ilmiah yang bereputasi international yang ditulis oleh sejumlah Ulam Aceh . beberapa kitab peningglan mereka sejak dulu telah menjadi bahan kajian para ilmuan kampus di universitas- universitas international . pemikiran 4 ulama Aceh ( hamzah al-fansuri, syamsuddin al-sumatrani, Naruddin ar-raniry dan abdurrauf al-singkili ) telah memberi warna pemikitan islam di asia tenggara sejak abad 16-17 bahkan juga sampai sekarang. Kitab tafsir lengkap 30 juz dalam bahasa melayu ( sekarang sudah menjadi bahasa Indonesia ) yang pertama adalah di tulis oleh Ulam Aceh, yaitu Syekh Abdurrauf as- singkili.

pada masa perang belanda di aceh, dayah mulai menurun, terutama sekali aspek kualitas. karena sejumlah ulama bahkan santri santri nya telah harus menjadi pemimpin perang dan kemudian gugur di medan peperangan. Belanda juga membumuhanguskan sejulah dayah bersama perpustakaan nya. Dikala itu aceh banyak kehilangan ulama-ulama besar. sejalan dengan pembumihangusan dayah, juga telah kehilangan sejumlah kitab -kitab besar dalam berbagai disiplin ilmu baik yang ditulis oleh ulama aceh sendiri maupun yang ditulis oleh ulama-ulama timur tengah.

Selain kehilangan ulama dan sejumlah kitab, belanda juga mengontrol lembaga pendidikan apasaja yang berada di bawah kekuasaan nya. mereka melarang mengajarkan beberapa mata pelajaran yangberhubungan dengan politik dan yang dianggap dapat memajukan kebudayaan umat. karena itu banyak pelajaran yang tidak di ajarkan lagi di dayah ketika itu.

Jika kita bandingkan di masa lalu semua pejabat negara adalah tamatan dayah mulai dari pejabat rendahan sampai Raja, demikian juga dalam pejabat militer , mulai dari tamtama sampai panglima adalah tamatan dayah. itu berarti lembaga pendidikan dayah di masa lalu menyediakan berbagai mata pelajaran di dayah. banyak ulama -ulama pada masa lalu ahli dalam ilmu pertanian, ilmu falak, bahkan ilmu persenjataan. 

Tetapi dengan kedatangan belanda , semua itu telah dilarang dan kemudian tinggallah ilmu-ilmu yang berhubungan dengan ibadah Murni (utama) saja yaitu ilmu fiqih,tauhid, dan tasawuf. sedangkan bahasa arab dan ilmu mantik dipelajari hanya sebagai alat untuk mempertajam memahami ilmu fiqih. Bahasa Arab tidak dipelajarai untuk menulis kitab seperti yang dilakukan oleh ulama-ulama terdahulu dan juga tidak di praktekkan untuk kepentingan komunikasi dengan dunia luar baik komunikasi bisnis maupun ilmu pengetahua. Namun bagaimanapun sampai tahun1900-an. Lembaga pendidikan yang tersedia di Aceh adalah hanya lembaga pendidikan agama islam yaitu dayah. Baru pada sekitar tahun 1903 diperkenalkan lembaga pendidikan sisitem sekuler oleh belanda.

Apa yang dapat kita petik dari sejarah pendidikan Islam di aceh. Semenjak Islam mulai menapak di aceh dan kemudian dibangun nya lembaga pendidikan islam, Dayah, kemudian menjalar sampai kepulau jawa bahkan sampai kedah pahang. Malaysia sekarang. Masyarkat aceh asli tidak ada yang bukan islam. Aceh ketika itu sampai menjadi pusat perhatian umat islam di asia tenggara. Artinya jika persoalan islam diperselisihkan di negara nya mereka sepakat merujuk ke Aceh untuk mendapatkan jawaban. Demikian juga kekuatan tauhid yang dimiliki umat islam diAceh telah menjadi kekuatan besar dalam mempertahankan negeri islam dari penjajahan kolonialis kafir belanda. Hal-hal tersebut menjadi beberapa faktor sehingga Aceh diberi gelar serambi mekkah.

Kedatangan Belanda bukan hanya telah menghancurkan lembaga pendidikan bahkan juga telah menanam benih konflik yang sampai sekarang masih sangat terasa. Konflik ideologi yang disebabkan oleh dualisme lembaga pendidikan, misalnya agamis atau sekuler. konflik antara ulama dengan kaum ningrat dan juga konflik suku, potensi konflik yang terakhir ini masih digunakan sampai sekarang oleh bangsa -bangsa tertentu untuk mengadu domba umat islam agar umat islam tidak pernah bersatu. sebagaimana telah disinggungkan di awal bahwa andaikata belanda tidak datang mengobrak abrik umat islam dan lembaga pendidikan dayah, pasti sekarang telah berdiri universitas islam terkenal di Aceh yang mahasiswa nya terdiri atas berbagai bangsa seperti yang pernah terjadi di masa dahulu.....Walllahualam
Share:

0 #type=(blogger):

Total Pageviews

Popular Posts