Pada Abad ke 17 kerajaan islam masih di catat
sebagai salah satu negara yang kuat dan maju di antara 5 negara di dunia
yaitu : Kerajaan Mughal India, Kerajaan Safawi di ishafan, Kerajaan
Islam maroko di maroko, kerajaan turki usmani di Turki, dan kerajaan
Islam Aceh Darussalam di Aceh. Sebuah negar itu akan kuta kalau kuat ,
Ekonomi. Politik, dan Militer nya. Hal ini semua di peroleh melalui
Lembaga pendidikan , baik pendidikan Formal maupun Non Formal melalui
pelatihan pelatihan.
Maka dapat kita pahami bahwa pendidikan yang
berlaku masa kerajaan islam Adalah pendidikan berdasarkan Islam. Hal
semacam ini bukan saja berlaku pada kerajaan pase dan kerajaan Aceh
darussalam.
Anak anak didik oleh orang tua nya baik langsung ataupun diserahkan belajar di rumah seorang guru atau di tempat belajar seperti mesjid atau meunasah. pada masa itu belum ada sistem pendidikan sekolah seperti sekolah sekarang ini. Satu satu nya tempat belajar untuk umum adalah Dayah. sedangkan meunasah berfungsi sebagai tempat belajar anak anak di kampung dan orang - orang tua dalam bidang agama.
Bila di teliti sejarah perkembangan pendidikan di indonesia dan Aceh
khusus nya maka kita akan berkesimpulan , bahwa dayah sudah cukup
berjasa dalam mendidik anak bangsa. mungkin jika belanda tidak datang ke
Aceh untuk memenuhi keinginan nya menjajah bangsa aceh termasuk
menghancurkan sejumlah lembaga pendidikan dayah bersama kitab -kitab di
perpustakaan nya, mungkin bangsa Aceh masih merupakan salah satu bangsa
di antara bangsa yang maju di dunia ini. karena bangsa yang maju adalah
bangsa yang memiliki lembaga pendidikan yang berkualitas dan tentu saja
banyak tenaga ekspertnya atau para ilmuwan.
Pendidikan dunia
pendidikan masa itu dapat kita lihat dari nama beberpa ulama besar
dengan dayah nya yang telah meninggalkan nama harum untuk agama dan
masyarakat serta karangan -karangan nya dalam bidang ilmu agama, akhlak,
sejarah dan lainnnya. pendidikan dayah pada masa itu mulai di tingkat
rendah , tingkat menengah samapi tingkat tinggi. kalau pelajaran rumah
atau di meunasah pada umum nya adalah tingkat rendah. Tetapi bila
Teungku atau Ulama nya di undang untu mengajar di rumah ada juga yang
tingkat tinggi bahkan juag pada tingkat khusus dalam suatu cabang
pengetahuan. Misalnya untuk mengajar putra putra Uleeibalang dan orang
terkemuka.
Pendidikan di dayah kalau di tingkat rendah biasanya
di ajarkan oleh seorang santri yang sudah tinggi ilmunya. Begitupula
dibagian menengah diajarkan oelh seorang santri yang sudah lebih tinggi
ilmu nya. Santri santri pengajar tadi dinamakan teungku Rangkang,
sedangkan untuk teungku - teungku rangkang tadi diajarkan oleh teungku
Chik (ulama besar ) yang biasa nya pemimpin dayah itu sendiri.
Dimasa kesultanan aceh , Lembaga pendidikan dayah mengalami kemajuan
yang pesat. Ini dibuktikan dengan jumlah dayah di aceh terus berkembang,
demikian juga dengan jumlah ulama yang mengajar, selain ulama tempatan
yang semakin lama semakin tumbuh, Sulthan juga mengundang Ulama - Ulama
dari luar negeri, Ulama-Ulama yang di undang tidak hanya mengajr tetapi
juga untuk kebutuhan kerajaan sendiri sebagai konsultan bidang hukum
agama. sebagian ulam daerah turut memperdalam ilmu nya di luar negeri
terutama sekali ke Mekkah dan Madinah.
Bukti lain adalah terdapat
sejumlah kitab-kitab ilmiah yang bereputasi international yang ditulis
oleh sejumlah Ulam Aceh . beberapa kitab peningglan mereka sejak dulu
telah menjadi bahan kajian para ilmuan kampus di universitas-
universitas international . pemikiran 4 ulama Aceh ( hamzah al-fansuri,
syamsuddin al-sumatrani, Naruddin ar-raniry dan abdurrauf al-singkili ) telah memberi warna pemikitan islam di asia tenggara sejak abad 16-17
bahkan juga sampai sekarang. Kitab tafsir lengkap 30 juz dalam bahasa
melayu ( sekarang sudah menjadi bahasa Indonesia ) yang pertama adalah
di tulis oleh Ulam Aceh, yaitu Syekh Abdurrauf as- singkili.
pada masa perang belanda di aceh, dayah mulai menurun, terutama
sekali aspek kualitas. karena sejumlah ulama bahkan santri santri nya
telah harus menjadi pemimpin perang dan kemudian gugur di medan
peperangan. Belanda juga membumuhanguskan sejulah dayah bersama
perpustakaan nya. Dikala itu aceh banyak kehilangan ulama-ulama besar.
sejalan dengan pembumihangusan dayah, juga telah kehilangan sejumlah
kitab -kitab besar dalam berbagai disiplin ilmu baik yang ditulis oleh
ulama aceh sendiri maupun yang ditulis oleh ulama-ulama timur tengah.
Selain kehilangan ulama dan sejumlah kitab, belanda juga mengontrol
lembaga pendidikan apasaja yang berada di bawah kekuasaan nya. mereka
melarang mengajarkan beberapa mata pelajaran yangberhubungan dengan
politik dan yang dianggap dapat memajukan kebudayaan umat. karena itu
banyak pelajaran yang tidak di ajarkan lagi di dayah ketika itu.
Jika kita bandingkan di masa lalu semua pejabat negara adalah tamatan
dayah mulai dari pejabat rendahan sampai Raja, demikian juga dalam
pejabat militer , mulai dari tamtama sampai panglima adalah tamatan
dayah. itu berarti lembaga pendidikan dayah di masa lalu menyediakan
berbagai mata pelajaran di dayah. banyak ulama -ulama pada masa lalu
ahli dalam ilmu pertanian, ilmu falak, bahkan ilmu persenjataan.
Tetapi dengan kedatangan belanda , semua itu telah dilarang dan
kemudian tinggallah ilmu-ilmu yang berhubungan dengan ibadah Murni
(utama) saja yaitu ilmu fiqih,tauhid, dan tasawuf. sedangkan bahasa arab
dan ilmu mantik dipelajari hanya sebagai alat untuk mempertajam
memahami ilmu fiqih. Bahasa Arab tidak dipelajarai untuk menulis kitab
seperti yang dilakukan oleh ulama-ulama terdahulu dan juga tidak di
praktekkan untuk kepentingan komunikasi dengan dunia luar baik
komunikasi bisnis maupun ilmu pengetahua. Namun bagaimanapun sampai
tahun1900-an. Lembaga pendidikan yang tersedia di Aceh adalah hanya
lembaga pendidikan agama islam yaitu dayah. Baru pada sekitar tahun 1903
diperkenalkan lembaga pendidikan sisitem sekuler oleh belanda.
Apa yang dapat kita petik dari sejarah pendidikan Islam di aceh.
Semenjak Islam mulai menapak di aceh dan kemudian dibangun nya lembaga
pendidikan islam, Dayah, kemudian menjalar sampai kepulau jawa bahkan
sampai kedah pahang. Malaysia sekarang. Masyarkat aceh asli tidak ada
yang bukan islam. Aceh ketika itu sampai menjadi pusat perhatian umat
islam di asia tenggara. Artinya jika persoalan islam diperselisihkan di
negara nya mereka sepakat merujuk ke Aceh untuk mendapatkan jawaban.
Demikian juga kekuatan tauhid yang dimiliki umat islam diAceh telah
menjadi kekuatan besar dalam mempertahankan negeri islam dari penjajahan
kolonialis kafir belanda. Hal-hal tersebut menjadi beberapa faktor
sehingga Aceh diberi gelar serambi mekkah.
Kedatangan Belanda
bukan hanya telah menghancurkan lembaga pendidikan bahkan juga telah
menanam benih konflik yang sampai sekarang masih sangat terasa. Konflik
ideologi yang disebabkan oleh dualisme lembaga pendidikan, misalnya
agamis atau sekuler. konflik antara ulama dengan kaum ningrat dan juga
konflik suku, potensi konflik yang terakhir ini masih digunakan sampai
sekarang oleh bangsa -bangsa tertentu untuk mengadu domba umat islam
agar umat islam tidak pernah bersatu. sebagaimana telah disinggungkan di
awal bahwa andaikata belanda tidak datang mengobrak abrik umat islam
dan lembaga pendidikan dayah, pasti sekarang telah berdiri universitas
islam terkenal di Aceh yang mahasiswa nya terdiri atas berbagai bangsa
seperti yang pernah terjadi di masa dahulu.....Walllahualam
0 #type=(blogger):
Posting Komentar